Pusat pelacuran Dolly di Surabaya akan ditutup 18 Juni 2014.
Jerih payah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menutup tempat pelacuran itu didukung 58 Ormas Islam, MUI, Komnas HAM, lembaga-lembaga dakwah di kampus dan lainnya.
Bahkan Menteri Sosial Dr Salim Segaf Al Jufri bersemangat untukmenutupnya, hingga dia ajukan pelaksanaannya, dari rencana 19 Juni menjadi 18 Juni 2014. Dan itu pas menjelang Ramadhan, tepatnya 20 Sya’ban 1435H.
Di balik itu, tidak disangka, ternyata upaya untuk menyelamatkan umat manusia dari kerendahan moral itu justru
ditentang oleh tokoh PDIP yang jadi Wakil Walikota Surabaya. Secara tegas Wawalikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, menyatakan dirinya bersama kader (PDIP) akan siap berada di posisi wargasekitar Dolly yang terdampak.
Wakil Walikota Surabaya ini rupanya tidak main-main atas pernyataannya yang akan membela tempat pelacuran yang dikenal bernama Dolly, jika pemkot Surabaya benar-benar akan melakukan penutupan pada 19 Juni 2014, karena himbauan penundaan yang dilontarkannya merupakan keputusan partai. Ancaman pihak PDIP itu beredar di berita, diantaranya seperti ditulis kabarnet.
Pembelaan terhadap berlangsungnya pelacuran dan memprotes akan ditutupnya Dolly muncul pula dalam bentuk yang membahayakan bagi agama. Betapa tidak. Pembelaan terhadap pelacuran itu justru diwujudkan dengan pengajian dengan menghadirkan penceramah Gus Gendheng.
Sejumlah pelacur, germo, dan para pekerja lokalisasi pelacuran Dolly dan Jarak, Surabaya, menggelar pengajian akbar Kamis (12/6/2014), menolak penutupan lokalisasi. Pengajian tersebut dihadiri pembicara Gus Gendheng disertai iringan gamelan. NA’UDZUBILLAHI MIN DZALIK..
sumber:
voa-islam.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Gila, Penutupan Dolly ditentang Wawali Surabaya Sendiri"
Post a Comment