Tanpa data yang jelas, penginjil Kristen membanding-bandingkan puasa versi Islam dan Kristen dengan menuduh puasa Islam hanya menunda jam makan saja:
"Puasa Kristen dan Islam Berbeda. Tentang berpuasa, Islam dan Kristen mempunyai ajaran yang berbeda. Di antaranya: puasa dalam Islam sepertinya hanya “memindahkan jam makan” dari pagi-sore menjadi sore-subuh. Sedangkan dalam ajaran Kristen, puasa meliputi siang dan malam. Bahkan kadang berjalan beberapa hari tanpa makan."
Menuding puasa Ramadhan sebagai ajaran yang hanya memindahkan jam makan adalah kebohongan dan pembohongan penginjil Kristen. Karena Rasulullah SAW mengajarkan bahwa puasa tidak cukup hanya dengan menahan diri dari makan dan minum. Orang yang berpuasa juga dituntut untuk meninggalkan omongan kotor dan perbuatan dosa:
"Barang siapa yang tidak bisa meninggalkan omongan kotor atau perbuatan dosa, maka tidak ada gunanya (di hadapan) Allah ia meninggalkan lapar dan dahaganya."
(HR Bukhari dan Muslim).
Selain itu, orang yang puasa Ramadhan juga harus meningkatkan amal shalih dan sedekah, seperti yang diteladankan Rasulullah SAW: "Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Dan beliau lebih dermawan lagi di bulan Ramadhan saat beliau bertemu Jibril. Jibril menemuinya setiap malam untuk mengajarkan Al-Qur’an. Dan kedermawanan Rasulullah SAW melebihi angin yang berhembus."
(HR Bukhari).
Bila puasa dalam Islam telah diatur secara jelas dalam Al-Qur'an dan hadits Nabi, sebaliknya Bibel tidak punya aturan yang jelas tentang amalan puasa.
Yesus dalam Bibel tak pernah memberikan penjelasan normatif mengenai waktu, syarat, dan amalan-amalan puasa secara detil. Akibatnya umat Kristen melakukan puasa secara variatif.
Berbagai aliran/denominasi gereja yang melakukan puasa dengan tatacara yang disusun oleh pendetanya masing-masing. Kristen Protestan tidak mewajibkan untuk berpuasa, sedangkan Kristen Katolik mewajibkan untuk berpuasa pada masa pra-paskah.
Keuskupan Surabaya mengeluarkan peraturan puasa tahun 2004 bahwa puasa Katolik adalah bebas makan apa saja, tapi hanya boleh makan kenyang sekali sehari.
Peraturan yang ditandatangani oleh Romo Julius Haryanto CM itu menyatakan bahwa berdasarkan Kitab Hukum Kanonik nomor 1249-1253 dan Statuta Keuskupan Regio Jawa No. 111, ditetapkan: Semua orang Katolik yang berusia 18 tahun sampai awal tahun ke-60 wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Dalam arti yuridis, puasa orang Katolik ini berarti makan kenyang hanya sekali sehari.
Sementara itu, Kristen Ortodoks Syria (KOS) berpuasa “shaumil kabir” selama 40 hari berturut-turut pada tiap tahun sekitar bulan April, tanpa makan sahur. Puasa KOS lainnya adalah puasa Rabu dan Jum’at dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus.
Ada pula denominasi gereja yang berpuasa hanya menahan hal-hal yang disenanginya, misalnya: berpuasa merokok, berpuasa tidak makan nasi dan daging, berpuasa tidak nonton televisi dan lain sebagainya. Semuanya dijalankan dalam kurun waktu tertentu, bisa 40 hari seperti yang Yesus Kristus pernah lakukan, bisa genap sebulan, ada pula yang melakukan bersamaan waktu puasa kaum Muslim.
Frustasi dengan ketidakjelasan syariat puasa, sebuah lembaga kristiani dalam amarannya berjudul “Puasa dalam Agama Kristen” mengimbau agar jemaat berpuasa terserah sesuai seleranya:
"Bagaimana cara kita berpuasa? Terserah pribadi masing-masing. Tentukan sendiri jangka waktunya: 8 jam, 1 hari, 1 hari 1 malam, 3 hari, 7 hari, 40 hari, dst. Tentukan jenis puasanya: hanya makan sayur, tidak makan, tidak makan dan tidak minum, atau puasa kebiasaan jelek seperti nonton tv, baca koran, majalah, menahan rasa marah/benci, tidak merokok, tidak berjudi, tidak masturbasi, dll"(jesus-net).
Dengan nihilnya syariat puasa, maka pintu surga Ar-Royyan tertutup bagi orang Kristen. Surga yang mahaindah ini disediakan Allah khusus untuk ahli shaum.
sumber:
voa-islam.com
Artikel keren lainnya:
Belum ada tanggapan untuk "Ternyata Agama Kristen Tak Punya Pegangan Syariat Puasa"
Post a Comment