Pada zaman dahulu kala, ada seorang nabi yang bertemu dengan sebuah batu kecil di tengah jalan. Sang Nabi sangat heran dan tercengang melihat air mata terus keluar dari serat-serat batu itu.
Dengan izin Allah SWT, batu itu bisa berkata-kata,
"Sejak aku mendengan Firman Allah SWT bahwa bahan bakar neraka adalah manusia dan batu, aku selalu menangis ketakutan."
Sang Nabi itu bermohon supaya batu itu terlepas dari api neraka.
Tak lama kemudian, nabi menjumpai batu itu sekali lagi dalam keadaan yang seperti jumpa pertama kali, menangis. Beliau bertanya kepada batu, sedangkan dia sudah didoakan selamat dari neraka.
Batu yang tidak memiliki akal saja takut dibakar dalam manusia, lalu bagaimana dengan manusia yang telah diberi akal?
Batu menjawab,
"Dulu aku menangis karena ketakutan, tetapi sekarang aku menangis karena syukur dan bergembira."
Batu juga makhluk Allah SWT yang mempunyai perasaan. Batu menjadi bahan bakar neraka selain manusia. Makhluk jumud boleh berkata yaitu jika diizinkan Allah SWT, orang yang kasyaf yaitu mereka yang dibukakan oleh Allah pintu hijab dapat mendengar dan melihat perkara yang tersirat.
Hati manusia itu seperti batu yang keras, sukar menerima nasehat dan petunjuk kecuali mereka yang diizinkan. Hati manusia bisa dilembutkan dengan cara tangisan seperti batu tadi. Menangis karena takut akan azab Allah SWT dan juga karena rasa syukur dan gembira akan nikmat Allah SWT.
Batu yang tidak memiliki akal saja takut dibakar dalam manusia, lalu bagaimana dengan manusia yang telah diberi akal? Manusia yang berhati batu tidak akan mendapat karunia dan rahmat dari Allah SWT.
Artikel keren lainnya: