Saturday, February 4, 2017

Empat Tipe Wanita dalam Islam

Dibalik laki-laki yang sukses, selalu ada wanita yang menawan di sampingnya. Agama Islam sangat menghargai dan meghormati seorang wanita.

Begitulah Al-Qur’an sebagai kabar gembira dan peringatan berbicara tentang sosok wanita. Kabar gembira karena menjabarkan karakter mulia yang patut menjadi teladan bagi muslimah shalihah. Dan peringatan dengan mengisahkan wanita-wanita yang mendapat kecaman dari Allah Subhanahu wa Ta’ala agar muslimah tak mengikuti jejaknya yang tercela.

Wanita memang begitu istimewa. Islam sebagai agama yang istimewa, memberikan kedudukan mulia untuk kaum wanita. Al-Quran melalui ayat-ayatnya juga tak luput berbicara tentang wanita. Seperti apa sajakah sosok wanita yang telah digambarkan di dalam Al-Qur’an?





Empat Tipe Wanita dalam Islam


1. Tipe Wanita Shalihah yang Menjaga Kesucian Dirinya

Tipe kedua ini diwakili oleh Maryam binti Imran. Tiada hari ia lewatkan kecuali dalam ketaatan beribadah kepada Allah. Ia pun konsisten menjaga kesucian dirinya. Sungguh teladan yang penting untuk dijadikan cerminan bagi wanita-wanita di jaman sekarang.

Karena keutamaan inilah, Allah mengabadikan namanya sebagai salah satu surat dalam Al-Qur’an yang mulia, yaitu Surah Maryam, surat ke-19. Allah memuliakannya bukan dasar kecantikan. Namun kemuliaan Allah yang diberikan kepadanya lantaran keshalihan dan kesucian yang mampu ia jaga.

2. Tipe Penghasut

Seorang wanita bernama Hindun adalah wanita yang mewakili tipe ini. Hindun adalah istri Abu Lahab. Al-Qur’an menjulukinya sebagai “pembawa kayu bakar” alias penyebar fitnah, tukang gosip, dan penghasut.

3. Tipe Penggoda

Tipe ini diperankan oleh Zulaikha. Wanita cantik yang menggoda nabi Yusuf ‘alaihissalam. Kisahnya diungkapkan dalam Al-Qur’an,




4. Tipe Pembangkang terhadap Suaminya.

Allah mengecam perempuan yang berkhianat kepada suaminya yang shalih. Karakter wanita yang ingkar kepada suaminya dimiliki oleh istri nabi Nuh dan nabi Luth ‘alaihissalam. Saat suaminya menjadi penegak kebenaran, mereka malah menjadi pembangkang.

Sampai di sini, kita (muslimah) dapat bercermin. Apakah kita sudah meneladani keteguhan dan ketangguhan Asiyah dalam menjaga imannya di tengah-tengah kekufuran?

Ataukah sudah meneladani keistiqamahan Maryam dalam beribadah dan menjaga kesucian? Dan cukuplah kisah wanita yang ingkar kepada suami yang sholih, penghasut, dan penggoda menjadi peringatan agar kita sebagai muslimah senantiasa mawas diri. Jangan sampai karakter wanita tercela itu kita perankan.

Na’uzubillah...

*voa-islam