Dialog antara Raja Najasyi dengan Ja'far bin Abi Thalib ini cukup jelas dengan dalil yang jelas bahwasanya Isa adalah seorang Nabi dan Rasul, dia hanya manusia biasa seperti kita yang diberi mukjizat oleh Allah SWT. Sangatlah bohong kalau Nabi Isa as disebut sebagai Tuhan.
Dialog kisah dinukil dari catatan admin voa-islam.com semoga makin memperkuat iman kita.
Dialog Raja Najasyi dan Ja'far bi Abi Thalib
Tatkala datang waktu pagi, 'Amr masuk menghadap Najasyi dan berkata, “Wahai Raja, sungguh mereka telah mengatakan sesuatu di depanmu, tetapi mereka menyembunyikan sesuatu darimu. Sesungguhnya mereka beranggapan bahwasanya Isa bin Maryam hanyalah seorang hamba.”
Maka Najasyi memanggil mereka dan bertanya, “Apa yang kalian katakan tentang Isa bin Maryam?”
Ja'far bin Abi Thalib menjawab, “Kami mengatakan seperti apa yang telah datang dari Nabi kami, Muhammad SAW.”
Raja bertanya lagi, “Apakah yang ia katakan?”
Ja'far menjawab, “Sesungguhnya Isa adalah hamba Allah, utusan-Nya dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam yang masih suci.”
Najasyi kemudian berkata, “Demi Allah, Isa tidaklah keluar dari apa yang kalian katakan sedikit pun.”
Maka setelah mendengar perkataan Najasyi yang terakhir, para pendeta dan yang hadir saling berpandangan dan berbisik antara yang satu dan yang lain, mereka mengingkari apa yang telah dikatakan oleh Najasyi.
Maka Najasyi memandangi mereka seraya berkata, “Walaupun kalian mengingkarinya.”
Kemudian ia berkata kepada Ja'far bin Abi Thalib dan yang bersamanya, “Pergilah, sesungguhnya kalian aman di negeriku ini. Barang siapa menyakiti kalian, ia akan merugi; barang siapa menyakiti kalian, ia akan merugi. Sekalipun diberi gunung emas, aku tidak akan menyakiti salah seorang di antara kalian.”
Kemudian ia berkata kepada para pelayannya, “Kembalikan semua hadiah itu kepada 'Amr dan kawannya, karena kita tidaklah membutuhkannya, dan sesungguhnya Allah tidak meminta uang sogokan dariku tatkala Dia mengembalikan kerajaan ini kepadaku sehingga aku perlu mengambil uang sogokan setelah mendapatkan kekuasaan ini. Dan orang-orang tidak perlu patuh karena aku, sehingga aku pun harus patuh karenanya.”
Setelah kejadian itu, para pendeta mengumumkan kepada semua orang bahwasanya Raja telah meninggalkan agamanya dan masuk agama lain. Mereka mengajak masyarakat agar menurunkan Raja dari takhta, sehingga mereka mendirikan perkumpulan dan kemudian memutuskan untuk menurunkan Najasyi dari takhta kerajaan.
Setelah mendengar itu, Raja menulis surat kepada Ja'far dan para sahabatnya mengabarkan hal tersebut, kemudian menyiapkan sebuah perahu bagi mereka dan berkata, “Naiklah kalian dan bersiaplah terhadap apa yang akan terjadi. Jika aku kalah, pergilah ke tempat yang kalian inginkan; tapi jika aku menang, tetaplah di tempat kalian berada.”
Kemudian ia mengambil sehelai kertas dari kulit rusa dan menuliskan di atasnya:
Aku bersaksi bahwasanya tiada Ilah yang patut disembah selain Allah, dan aku bersaksi pula bahwasanya Muhammad adalah hamba dan rasul terakhir-Nya. Aku juga bersaksi bahwasanya Isa adalah hamba dan rasul-Nya, ruh dan kalimat-Nya yang ia tiupkan kepada Maryam.
Kemudian ia menggantungkan kertas tersebut di atas dadanya dan pergi menemui rakyatnya.
Tatkala sampai di depan mereka, ia menyeru dan berkata, “Wahai rakyat Habasyah, apa yang kalian lihat pada diriku?”
Mereka menjawab, “Engkau adalah raja yang bijaksana.”
Raja bertanya lagi, “Maka apakah yang kalian tidak suka dariku?”
Mereka menjawab, “Sungguh engkau telah meninggalkan agama kami dan mengatakan bahwasanya Isa adalah seorang hamba.”
Najasyi berkata, “Apa yang kalian katakan tentang Isa?”
Mereka menjawab, “Ia adalah anak Allah.”
Maka kemudian Najasyi meletakkan tangannya di atas sehelai kertas yang tergantung di dadanya seraya berkata, “Aku bersaksi bahwasanya Isa tidaklah lebih dari sesuatu ini.” (Yang ia maksud adalah apa yang tertulis di kertas tersebut).
Maka mereka gembira dan pergi meninggalkan Raja dalam keadaan ridha.
Nabi SAW mendengar apa yang terjadi antara Najasyi dan rakyatnya, dan perihal perlindungannya terhadap orang-orang Islam yang berhijrah ke negerinya sehingga mereka merasa aman dan tenteram. Beliau merasa gembira terhadap kabar tentang kecondonganya kepada Islam dan keyakinannya terhadap kebenaran Al-Quran. Kemudian hubungan antara Najasyi dan Nabi SAW semakin baik dan erat.
sumber: voa-islam.com