بسم الله الرحمن الرحيم
Syaikh Abu Sa’ad al-Amili
Alih Bahasa : Thalibul 'Ilm al-Akh Abu Asybal Usamah
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Kemenangan untuk orang-orang yang beriman dan tidak ada permusuhan kecuali terhadap orang-orang zalim. Shalawat dan salam kepada junjungan kita Muhammad, Rasul yang Dipercaya, keluarga dan para sahabatnya.
Tidak diragukan lagi bahwa iman kepada perkara ghaib termasuk sesuatu yang paling sulit bagi manusia. Dan jika seseorang melihat dan merasakan pengaruhnya dalam keseharian, maka itu Allah jadikan sebagai tanda kejujuran seseorang dalam imannya. “Alif Laam Mim.
Itulah kitab yang tidak ada keraguan di dalamnya, sebagai petunjuk bagi orang-orang bertaqwa.
Yaitu orang-orang yang beriman kepada ghaib, menegakkan shalat dan menunaikan zakat serta yakin menginfakkan sebagian yang rezki dari Kami”. Maka Allah menjadikan iman kepada hal ghaib termasuk karakter utama mukmin yang shadiq (benar-benar).
|
IBLIS |
Dan termasuk iman kepada ghaib, meyakini adanya jin, muslim atau kafir, taat atau durhaka. Sebagaimana rincian penjelasannya dalam surah al-Jinn, al-Ahqaf dan lain-lain dari ayat-ayat Al-Qur’an dan redaksi hadits-hadits Nabi. Sementara Iblis dan syaithan merupakan bapak jin dan biang keburukan pada mereka, sejak Allah ciptakan Adam hingga hari kiamat.
Tidak ada kerjaan dari makhluk yang satu ini melainkan menghalang-halangi hamba Allah dari hidayah dan menjerumuskannya ke jurang kesesatan. “Sungguh kami akan sesatkan mereka semua”, “Sungguh aku akan halang-halangi mereka dari jalan-Mu yang lurus”.
Di antara senjatanya yang paling ampuh dalam menghadapi manusia adalah tipu daya. Allamah Ibnul Qaayyim al-Jauziyyah dalam kitabnya Ighotsatul Lahfan Min Makaidisy Syaithan, beliau berkata, “Dan di antara tipu daya musuh Allah Ta’ala, ia menakut-nakuti orang-orang beriman dengan bala tentaranya.
Maka mereka (mukmin) tidak melawannya, tidak memerintahkan mereka (wali-wali syaithan) kepada kebaikan dan mencegah mereka dari munkar. Dan ini adalah tipu daya yang besar terhadap manusia. Dan sungguh Allah Ta’ala telah mengabarkan hal ini dalam firman-Nya (Sungguh yang demikian itu karena syaithan menakut-nakuti kalian dengan wali-walinya. Maka janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kepada-Ku jika kalian beriman) [QS Ali Imran:175]”.
Dan di antara tipu dayanya pula adalah selalu menyihir (mempengaruhi) akal. Dan tidak ada yang selamat dari sihir ini kecuali yang Allah kehendaki. Maka ia (syaithan) menghiasi perbuatan yang membahayakan orang itu seolah-olah bermanfaat baginya. Dan ia pun memburukkan perbuatan yang bermanfaat seolah-olah perbuatan itu membahakan baginya.
Berapa bnyak orang yang terfitnah dengan sihir ini. Dan berapa banyak hati terhalang dari iman, Islam dan ihsan akibat sihir ini? Berapa banyak kebathilan nampak dalam bentuk yang baik? Dan berapa kebenaran yang nampak dalam bentuk yang tercela? Berapa banyak para kritikus tampil dalam kemasan yang hebat dan orang-orang berilmu terpojokkan? Itulah sihir yang menundukkan akal dan menggiringnya hingga terjerumus dalam hawa nafsu dan opini-opini bermacam-macam.
Ia menuntun mereka menempuh jalan-jalan sesat hingga ia melemparkan mereka ke dalam kebinasaan. Ia menghiasi di mata mereka menyembah berhala, memutuskan silaturahmi, menggauli ibu dan membunuh anak perempuan beserta kekufuran dan kefasikan dengan menjanjikan mereka surga. Ia menampakkan syirik dan bentuk pengagungan dan penghormatan. Mengkufuri shifat Allah dengan dalih mensucikannya.
Meninggalkan amar ma’ruf nahi munkar dengan dengan dalih menciptakan keharmonisan serta berdalih “Jagalah dirimu” [QS Al-Maidah:105] berpaling dari apa yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan dalih taklid, mencukupkan beramal atas dasar perkataan orang yang dianggap alim dari mereka, berbuat nifaq dan bermudahanah dengan dalih pemikiran cemerlang menyatukan manusia.
Ia adalah teman Adam dan Hawa ketika diusir dari surga. Ia teman bagi Qabil ketika membunuh saudaranya, ia teman bagi kaum Nuh saat mereka ditenggelamkan, dan kaum ‘Ad saat dibinasakan dengan angin maha ribut, ia sahbat bayi kaum Shalih ketika mereka dibinasakan dengan suara ledakkan, kawan bagi kaum Luth ketika digulingkan dan dihujani dengan batu, ia sahabat bagi Fir’aun dan kaumnya ketika ditenggelamkan, sahabat bagi penyembah anak sapi emas ketika terjadi apa yang terjadi pada mereka, ia teman bagi Quraish saat dipanggil pada hari Badr dan bagi setiap orang yang binasa lagi terlena.
Itulah syaithan dan tipu dayanya yang senantiasa memantau dan menyasar hamba-hamba Allah. Maka pertempuran kita dengannya abadi. Kita tidak punya sesuatu kecuali mawas diri dan berhati-hati. Lalu mempersiapkan diri mengumpulkan senjata dan masuk dalam pertempuran itu serta menempuh langkah-langkah menuju kemenangan.
Kita juga mencari sebab-sebab cita kepada dunia dan kekalahan agar kita menjauh darinya.
Agar kita diberi kemenangan atas makhluk berbahaya ini. Paling tidak kita melawan senjata-senjatanya dan membalas serangan-serangannya agar tidak terjerumus dalam lubang-lubang syahwatnya. Maka jadilah kita orang yang merugi dan binasa. Dan jadilah kita penyebab terhentinya dakwah, amar ma’ruf nahi munkardan jihad fi sabilillah, yang dengannya Allah memuliakan kita di antara makhluk-makhluk dan umat-ummat lain. Maka kita meraih ridha-Nya. (Dan yang demikian itu adalah kemenangan yang besar).
NB : diambil dari kata pengantar kitab ‘Indama Tar’adz Dziabu al-Ghanam karya Syaikh Rifa’i Surur
sumber:
voa-islam.com